Sabtu, 06 September 2014



MINERAL

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Biokimia
Dosen Pengampu : Ibu Nur Hayati













Disusun oleh:
Laela Nor Faizah                  (113811011)




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

   I.       PENDAHULUAN
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO) hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik.
 Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.[1]
II.       RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian mineral
B.     Macam dan peranan mineral organik
C.     Struktur  dan metabolisme mineral organik
III.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian mineral
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Menurut   The International Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan definisi baru tentang definisi material “Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi”.[2]  Menurut Sunita almatsier, mineral adalah unsur atau senyawa kimia yang ada dalam normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan.[3]
B.     Macam dan peranan mineral organik
Secara umum, mineral terbagi menjadi 2 macam, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari 0.01% dari berat badan dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg/hari. Mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0.01% berat tubuh dan hanya dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg/hari.[4]
1.      Mineral makro
a.       Kalsium ( Ca )
Sumber : Susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan daging
Fungsi Kalsium : Pembentukan tulang dan gigi yang dipengaruhi oleh vitamin D, Pembekuan darah, Aktivitas saraf dan otak, Aktivator enzim, Aktivitas otot jantung, Melindungi tubuh. terhadap absorpsi zat radioaktif
b.      Fosfor ( P )
Sumber  : Susu, kacang-kacangan, daging, dan sayuran
Fungsi Fosfor : Pembentukan tulang dan gigi, metabolisme, kontraksi otot, aktivitas saraf, komponen enzim, DNA, RNA, dan ATP, membentuk fosfatid, bagian dari plasma, menjaga keseimbangan asam basa, pengaturan aktivitas hormon dan efektivitas beberapa vitamin.
c.       Natrium ( Na )
Sumber Natrium : Daging, garam, mentega, dan produk peternakan
Fungsi Natrium : transmisi saraf,Kontraksi otot,Menjaga tekanan osmotik darah,Sebagai buffer (dalam bentuk Nakarbonat),Mempertahankan iritabilitas sel otot dan Komponen anorganik cairan ekstra sel
d.      Klor ( Cl )
Sumber Klor : Garam, susu, daging, dan telur
Fungsi Klor : Pembentukan HCl dalam lambung yang berperan dalam penyerapan Fe dan emulsi lemak, Aktivator enzim, Bahan ion klorit yang penting untuk transfer CO2 dari darah ke paru-paru, Memelihara keseimbangan asam basa, elektrolit, dan tekanan osmosis.
e.       Magnesium ( Mg )
Sumber  : kacang-kacangan, sayuran hijau, makanan hasil laut, dan sereal
Fungsi magnesium : pembentukan tulang, darah, dan otot, aktivator enzim. kontraksi otot, aktivitas saraf, respirasi intrasel, dan sintesis protein.[5]
2.      Mineral  Mikro
a.       Besi
Dua per tiga ditemukan di dalam darah, sementara sisanya ditemukan di dalam hati, sumsum tulang, otot. Peranannya untuk produksi sel darah merah. Zat besi dalam hemoglobin inilah yang mengikat oksigen dalam darah. Sumber-sumber alami zat besi adalah: daging sapi, daging ayam, telur, beberapa jenis buah, dan sayur-sayuran berwarna hijau tua.
b.      Zinc/Seng
Fungsi seng terbilang sangat vital bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia. Seng dapat mudah ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kaya akan kandungan protein seperti daging, kacang-kacangan dan polong polongan. Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, biji-bijian(lengkap), serealia, leguminosa dan telur.
c.       Yodium
Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah). Namun, sumber yodium terbesar adalah seafood, seperti: kerang, udang, rumput laut dan ikan laut.
d.      Selenium
Selenium telah menunjukkan diri sebagai salah satu dari agen-agen antikanker yang lebih kuat. Apabila ia digabungkan dengan vitamin E, efektivitas keduanya terhadap kanker akan sangat meningkat. Mereka bersama-sama bekerja sebagai antikanker yang kuat, sistem anti penuaan yang disebut glutation peroksidase (GSH).
e.       Chromium
Fungsinya hampir sama dengan insulin yang diproduksi oleh tubuh yaitu untuk mendorong glukosa (karbohidrat) ke dalam sel untuk dijadikan energi. Asupan chromium yang optimal tampaknya menurunkan jumlah insulin yang diproduksi agar tidak terlalu banyak menjaga kadar gula darah. Sumber alami chromium: gandum, kuning telur, bayam, daging sapi, susu dan kacang hijau.[6]

C.     Struktur  dan metabolisme mineral organik
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion  mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim.
1.      Mineral Makro
a.       Natrium (Na)
Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan energi). Natrium kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring. Setelahnya, dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin.[7]
b.      Klor (Cl)
Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan pancreas. Klor diabsorpsi di usus halus dan dieksresi melalui urin dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan natrium.[8]
c.       Kalsium (Ca)
Sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh yang terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsure makanan lain. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Kehilangan kalsium dapat terjadi melalui urin, sekresi cairan yang masuk saluran cerna serta keringat.[9]
d.      Fosfor (P)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyb2trAemwze4CqJh8U49x8Dw3cYbgB2mcpFhQ9W0xIPvmuUod7DS1zp9K4l4Jzx-5dwdgxPFPG7VPdY0d97Ol-OeHC0tSTjZ8jxHkk_YFhrzzY4U-XCmaVSFkFWJS5R17Ccs9ReQN9XzT/s1600/400px-DNA_As_Structure_Formula_(Indonesian).PNGFosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif yang dibantu oleh bentuk aktif vitamin D dan difusi pasif. Kadar fosfor dalam darah diatur oleh hormone paratiroid (PTH) yang dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan hormone kalsitonin serta vitamin D, untuk mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, jumlah yang dibebaskan dan disimpan dalam tulang.[10]
e.       Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif.  Eksresi magnesium meningkat oleh adanya hormone tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium. Eksresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.[11] https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW52YgkSIQ4TvZLzD92WXeRgaN3cFulBw3rEEa03a9zxTHJUvrjHzRqg1VMG8vWfgH0cGbaxq2lb1zaPNBM3w7ZwdD5SbU5OwZp_GED8o4g1Dm_CUqxDll8tU6G5Iuq9yIzxczQnrfgBM/s320/2138665_f260.jpg
2.      Mineral Mikro
a.       Besi (Fe)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0NOw46QXHhlqrIX6HJxkuusVpw7ulyVJQcQBg5beYYxb3PcAbWkHn5PYapWUP6Y-Lw9riKn3jLZ-URAn_SbLOkdgfSzaKZKdE-DWoO11INHSe-llqDRd4wiWoi4hwuSzppbeIfyUe2E_S/s400/Struktur+klorofil+%26+darah.jpgSebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus, yaitu transferin dan feritin. Di dalam sumsum tulang, besi digunakan untuk membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang.[12]
b.      Seng (Zn)
Seng di absorpsi di bagian atas usus halus (duodenum). Kelebihan seng di simpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Di dalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Absorpsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam  sel dinding saluran cerna. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses atau urin.[13]
c.       Iodium (I)
Iodium dengan mudah di absorpsi dalam bentuk iodida. Ekskresi dikeluarkan melalui ginjal. Fungsi yodium sebagai komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Konsumsi yodium di atas 2000mg/hari dianggap berlebihan. Hal ini dapat menghambat pelepasan yodium dan tiroid.[14]
d.      Selenium (Se)
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara aktif. Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih efisien, bila tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. konsumsi tinggi menyebabkan peningkatan ekskresi melalui urin.[15]
IV.       KESIMPULAN
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Menurut Sunita almatsier, mineral adalah unsur atau senyawa kimia yang ada dalam normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan.
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim.
V.       PENUTUP
Demikian makalah yang dapat penulis susun, penulis mengharap kritik dan sasaran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah penulis selanjutnya. Atas kritik dan saran pembaca kami mengucapkan terimakasih.





















DAFTAR PUSTAKA
Almatsier ,Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anonim.http://www.hilo.co.id/mineral-little-but-big-in-your-body (diakses 6 Juni 2014)
Anonim.http://ketutardika.blogspot.com/2011/11/makalah-tentang-mineral.html (diakses 6 Juni 2014)
Ediyunasri. http://ediyunasri.blogspot.com/2012/09/mineral-makro-dan-mineral-mikro.html (diakses 6 Juni 2014)
Ayutiana. http://ayutiana.wordpress .com/ 2014/01/07/ makalah-mineral/ (diakses      6 Juni 2014)


[1] http://ketutardika.blogspot.com/2011/11/makalah-tentang-mineral.html (diakses 6 Juni 2014)
[3] Sunita Almatsier, 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 228.
[4] http://www.hilo.co.id/mineral-little-but-big-in-your-body (diakses 6 Juni 2014)

[5]  http://ayutiana.wordpress.com/2014/01/07/makalah-mineral/ (diakses 6 Juni 2014)
[6] http://ediyunasri.blogspot.com/2012/09/mineral-makro-dan-mineral-mikro.html (diakses 6 Juni 2014)
[7] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm. 230
[8] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm. 232
[9] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 235
[10] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 243-244
[11] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 246-247
[12] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 250
[13] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 258
[14] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 263
[15] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 271